Sabtu, 12 November 2011

Raining Love Chapter 2 (Second Series)


First Series => My Stupid Sweet Prince
Casts :
*    Park Hyo Jung
*    Cho Kyuhyun
*    Lee Jong Suk
*    Hyun Bin
*    Lee Ga Yeun
*    And the other casts

“Kau! Kau!” pemuda itu terkejut dan dengan cepat melepas kaca mata yang dikenakan Hyo Jung.

“Kembalikan!” teriak Hyo Jung, sementara pemuda itu menyembunyikan tangan kanannya yang memegang benda rampasannya. “Kau, gadis itu… Gadis menjijikan yang kutemui di halte… Tidak mungkin. Kau gadis yang kutemui di supermarket itu, kan?”

“Supermarket? Bagaimana kau bisa,… Astaga, pemuda sopan itu, jangan bilang itu kau. Tidak. Aku tidak akan pernah percaya, sekalipun!” mata Hyo Jung membesar.
“Aku juga tidak percaya,” ujar pemuda itu pelan. “Tidak akan! Pasti orang lain dengan wajah sama denganmu!” pemuda itu berkata lagi dengan suara yang lebih keras.
“Terserah! Aku juga tidak akan percaya! Sekarang, kembalikan kacamataku. Cepat!” Hyo Jung mulai naik darah.

“Dasar tidak sopan. Aku adalah seniormu! Tolong tunjukkan rasa sopanmu. Benar-benar tidak beretika…”

“Memang kau siapa dan bagaimana bisa kau tahu aku juniormu, hah?!”

“Bukumu. Seperti bukuku saat aku semester I. Aku mahasiswa semester ke-II !”

“Tapi, bagaimanapun, kau juga! Merampas sesuatu yang bukan milikmu juga tidak beretika! Bahkan hal itu tertulis sebagai 10 hukum dalam Kitab Suci. Kembalikan!” Hyo Jung berusaha mengulurkan tangannya yang panjang ke balik punggung pemuda itu.

“Hush, hush!” Pemuda itu mengibaskan tangannya yang lain, yang memegang buku yang tadi dibacanya.

“Kembalikan!”

“Nanti saja!”

“Sekarang!”

“Tidak mau!”

“Yaaa!!!!” amarah Hyo Jung meledak.

“Yaaa! Kau benar-benar memalukan. Lihat, banyak orang yang melihat kita!” pemuda itu mengecilkan suaranya.

“Biarkan saja!” Hyo Jung kembali berteriak. Karena mereka menjadi pusat perhatian, pemuda itu menjadi sedikit lengah. Hyo Jung memanfaatkan kesempatan ini sepenuhnya untuk merebut kembali kaca matanya. Pemuda itu terkejut ketika Hyo Jung berhasil merebut kacamata dengan tangan panjangnya. Hyo Jung terkekeh atas kemenangannya dan segera pergi.

“Gadis menyebalkan…” ujar pemuda itu, kemudian tertawa kecil. Pemuda itu hendak beranjak pergi ketika seseorang mencegahnya pergi.

“Wow, lihat siapa ini… Cho Kyuhyun kita bermain-main dengan seorang gadis,” ujar seorang pemuda yang kira-kira 2 tahun lebih tua dari pemuda pertama yang dikenal sebagai Cho Kyuhyun tadi.

“Yaa, Sungmin Sunbae, dia hanya gadis menyebalkan yang ingin mencari masalah denganku. Dia gadis yang tidak sopan, sangat mengerikan…”

“Yang tidak sopan itu dia atau kau?” Sungmin menggoda juniornya itu.

“Hish, kau ini…!” Kyuhyun mengucapkan kalimat itu diselingi ringisan Sungmin, hasil pukulan sahabat sekaligus juniornya.

“Ya ya, ampun ! Huh,… pukulanmu lumayan juga. Tapi, ngomong-ngomong gadis itu manis juga. Kapan-kapan kenalkan aku padanya, ya! Ah, tidak. Secepatnya, jangan kapan-kapan!”

**********

Dengan amarah meluap, Hyo Jung pergi ke perpustakaan dan menemui Jong Suk yang sedang larut dalam buku bacaannya. Disertai wajah masam, Hyo Jung duduk di kursi kosong sebelah lelaki yang hanya ia anggap sebagai sahabat itu. Jong Suk tertawa kecil melihat raut wajah gadis manis ini. “Adakah sesuatu yang menarik?” tanyanya.

Hyo Jung menarik nafas perlahan dan menghembuskannya dengan cepat. “Aku bertemu dengan seseorang yang memiliki kepribadian ganda. Dia membuat amarahku meledak!” Hyo Jung berkata dengan tidak sabar.

Jong Suk memegang pundak Hyo Jung, “Tenanglah, jangan pedulikan dia,” ujar Jong Suk dengan sweet smile-nya. Beberapa siswa putri seangkatan Hyo Jung di perpustakaan yang menyukai Jong Suk merasa envy atas kedekatan Hyo Jung-Jong Suk.

“Kedokteran? Kau tertarik dengan ilmu kedokteran?” Hyo Jung mendekat untuk melihat buku yang sedang dibaca sahabatnya.

“Hmm, sedikit. Hanya untuk sebagai pengetahuan saja,” kata Jong Suk, tersenyum simpul. Hyo Jung mengangguk sambil ikut tersenyum.

Setelah terdiam beberapa saat, Jong Suk membuka pembicaraan, “Hmm, nanti malam akan ada pertunjukkan drama musikal. Aku punya 2 tiket. Kau mau ikut?”

**********

Cho Kyuhyun duduk di kursi santainya, di apartemen milik SM Entertainment. Sudah sejak 2 jam yang lalu, ia berkutat dengan buku kumpulan soal matematika untuk umum. Sungmin yang tinggal satu apartemen dengannya hanya memperhatikan sahabatnya sambari menggelengkan kepalanya berkali-kali. “Kyuhyun-ah, tidakkah kau pernah merasa lelah dan dipusingkan oleh soal-soal matematika itu?” Sungmin menunjukkan beberapa ekspresi untuk mendukung pernyataannya (#hehe), dengan memijat kepalanya perlahan.

“Aku juga tidak tahu. Mungkin pernah saat aku kecil dulu. Tapi, sampai sekarang baik-baik saja, Sunbae,” kata Kyuhyun kemudian menjilat bibirnya.

“Hah, terlalu jenius…” Sungmin beranjak dari sofa dan masuk ke kamarnya. Suasana menjadi sangat hening. Tiba-tiba Sungmin membuka kamarnya cepat dan berbicara dengan suara keras. “Aku punya tiket drama musikal malam ini, kau mau ikut?”

“Astaga Sunbae, anda membuat saya jantungan. Baiklah, dengan senang hati,” kata Kyuhyun sambil tersenyum. Tanpa basa-basi Sungmin segera menutup pintu kamarnya lagi dengan cepat. Kyuhyun menghembuskan nafasnya.

**********

Hyo Jung menatap langit-langit. Music player-nya melantunkan lagu-lagu sendu menyayat hati, yang membuatnya teringat kembali pada ‘mantan’ kekasihnya. “Oppa, bisakah kau melihatku dari sana?” Hyo Jung berbicara sendiri, khususnya pada diri sendiri dan orang yang telah tiada itu. “Bagaimana keadaanmu? Apa Oppa sudah makan? Bagaimana kabarmu?”

“Kau begitu jahat. Kau meninggalkanku sendiri dengan penuh luka yang sepertinya akan membekas di hatiku selamanya. Kau begitu jahat Oppa…”

“Mungkin akan lebih baik jika aku tidak pernah mengenalmu. Aku juga merasa tersiksa jika terus begini. Aku tidak dapat menemukan penggantimu.”

“Ingin sekali kumelupakanmu dan menjalani hidupku secara normal tanpa beban seperti ini. Oppa, aku menyayangimu! Tapi kau justru membalas kasih sayangku dengan cara seperti ini, aku merasa kecewa, aku sakit hati, Oppa…”

“Tidak ada yang memberiku kasih sayang semenjak kau pergi. Itu salahmu Oppa, salahmu! Aku tidak pernah menyuruhmu pergi. Kembalilah dan buat aku bahagia,…” Hyo Jung menangis. Dalam tangisannya, Hyo Jung mengerang kesakitan. Rasa sakit yang terlampau… membuatnya menderita.

**********

Hyo Jung baru saja pulang dari kampus, ketika ia akan melangkahkan kakinya keluar gedung untuk pulang, hujan deras mengurungkan niatnya. “Hujan lagi…” keluh Hyo Jung. Langit menggelap dan tidak ada tanda-tanda bahwa semburat sinar matahari akan menampakkan diri. Hyo Jung melirik arlojinya. Dia tidak sadar bahwa ia menyelesaikan tugasnya lama sekali. Ia tidak sadar bahwa sekarang sudah hampir jam setengah enam sore. Hyo Jung menoleh. Beberapa orang yang berada di sekitarnya yang bernasib sama sepertinya menghilang bersamaan dengan turunnya hujan deras tadi. Bulu kuduk Hyo Jung merinding. Dengan alasan sudah hampir malam Hyo Jung nekat menerobos hujan lebat itu. Namun, belum lama berjalan, tubuh Hyo Jung menggigil kedinginan. Hyo Jung hanya terus berjalan sambil menunduk.

Tanpa sengaja, ia menabrak sesuatu. Ketakutan menyelimuti dirinya. Apa ini? Apa yang baru saja dia tabrak? Dengan menunduk, Hyo Jung dapat mengetahui bahwa ia baru saja menabrak seseorang (terlihat kakinya). Hyo Jung bergidik ngeri. Tadi ia tidak melihat siapa pun. Tapi sekarang ia menabrak seseorang. Bermacam-macam imajinasi memenuhi benaknya. Apakah ini gurunya, teman, seniornya atau jangan-jangan… Adegan-adegan film horor yang pernah ia saksikan tiba-tiba muncul dalam otaknya.


Ketika Hyo Jung akan mundur satu langkah, seseorang didepannya ini justru menyentuh pundaknya, kemudian memeluknya. Hyo Jung gemetaran, sangat ketakutan. Tapi rasa takut itu dengan cepat menghilang seiring dengan bau parfum yang memasuki rongga hidungnya Bau parfum yang sangat ia kenal dari orang ini. Bau yang familiar. “Hyo Jung-ah…” orang itu memanggil namanya. Rasa takut itu kini tergantikan dengan rasa terkejut, shock, dan gembira yang merasuki jiwanya secara tiba-tiba.

Orang itu melepaskan pelukannya. Hyo Jung mengangkat kepalanya perlahan. Matanya membulat ketika melihat sosok manusia dihadapannya. Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah setelah menangis tadi Hyo Jung sempat bunuh diri? Apa gerangan yang telah terjadi? Ini kejadian yang ia tunggu-tunggu selama 2 bulan terakhir. Hyo Jung mengucapkan sesuatu tanpa suara. “Hyun Bin…”

Hyo Jung memeluknya erat. Hal yang sudah lama tak ia lakukan lagi. Rasa gembira yang meluap-luap memenuhi seluruh hatinya, bahkan sampai ke ujung rambutnya, Hyo Jung merasa amat sangat bahagia sekali (#ga efektif. Xixi xD ).

“Ke mana saja kau?” kata Hyo Jung sambil terus memeluk orang itu. “Aku mencarimu, aku merindukanmu… ke mana saja kau selama ini, Oppa?”

Laki-laki itu membalas pelukan kekasihnya. “Aku kan sudah bilang, aku dapat melihatmu dari sana… Hyo Jung-ah, apakah hidupmu dapat berjalan baik tanpaku?” tanya lelaki itu sambil mengelus rambut basah Hyo Jung dengan sebelah tangannya.

“Hidupku tanpamu tidak pernah serasa sebaik ini. Aku begitu senang dapat melihatmu kembali, Hyun Bin…” Hyo Jung mengeratkan pelukannya.

“Hyo Jung-ah, kau merasa menyesal mengenalku? Aku sungguh minta maaf. Aku juga tidak ingin pergi, tapi itu bukan sesuatu yang dapat ditolak…”

“Tidak apa-apa… Maafkan aku, aku telah berkata begitu. Aku tidak menyesal mengenal seseorang sepertimu, Oppa,” ujar Hyo Jung.

Hyun Bin menyadari bahwa tubuh Hyo Jung bergetar. “Aku akan mengantarmu pulang,” ucap Hyun Bin. Hyo Jung tersenyum senang.

**********


“Hyun Bin-ah… Hyun Bin-ah… Hyun Bin-ah!” Hyo Jung terbangun dari tidurnya. Ia menyangga kepalanya yang terasa pening. “Hanya mimpi,” gumamnya. Ia melihat jam dinding putih kamarnya dan secepat kilat berdiri kemudian berlari ke kamar mandi. “Aku terrrllllaaaammmmbaaaatttt~~~~” -_-

**********

“Kyuhyun-ah, apa kau sudah siap?!” teriak Sungmin dari dapur.

“Ha? Untuk apa Sunbae? Astaga! Aku melupakannya!” Kyuhyun segera berlari ke kamar mandi dan bersiap dalam waktu sesingkat-singkatnya.

“Aigoo, anak ini…”


**********


Jong Suk sudah menunggu di depan gedung pertunjukkan sambil terus melihat arloji. Dia juga menghembuskan nafasnya berkali-kali (mungkin karena bosan ;)). Semenit kemudian dari kejauhan tampak Hyo Jung berlari. “Wahh,.. gadis ini…” ujar Jong Suk.

“Hai ! Maaf aku terlambat,” kata Hyo Jung dengan nafas terengah-engah.

“Aku sudah bilang, lebih baik kau aku jemput…” kata Jong Suk, tertawa melihat tingkah gadis yang dicintainya itu.

“Tidak… tidak… itu akan membuatmu kerepotan. Hehe,” kata Hyo Jung sambil meringis.

“Di mana mobilmu?” tanya Jong Suk.

“Mobil? Aku tidak pernah mengendarai mobilku lagi sekarang. Aku naik kereta bawah tanah. Selain hemat, menurutku juga cukup menyenangkan,” kata Hyo Jung sambil tersenyum lebar. Jong Suk hanya dapat membalas senyumannya.

“Bagaimana, apa pertunjukkan hampir dimulai?” Tanya Hyo Jung, masih dengan nafasnya yang memburu.

Jong Suk melihat arlojinya lagi untuk yang kesekian kalinya. “Hm, masih banyak waktu sebelum pertunjukkan dimulai. Lebih baik kita masuk sekarang. Atau kau ingin sesuatu?”

**********

“Kyuhyun-ah, apa kau sudah siap?” Tanya Sungmin untuk ketiga kalinya.

“Hampir, Sunbae!” teriak Kyuhyun dari kamarnya.

“Ayolah, sebentar lagi sudah mau mulai!” Sungmin balas teriak.

“Nneeee!!!!!”

**********

Pertunjukkan drama musikal itu dimulai dengan sebuah lagu berirama beat, mengibaratkan besarnya semangat tokoh utama (dalam skenario drama).

Selama pertunjukkan berlangsung, Hyo Jung dan Jong Suk benar-benar menikmatinya. Berbeda dengan Kyuhyun dan Sungmin. Sungmin memang menikmatinya. Tapi Kyuhyun perlahan menutup matanya dan terlelap. “Ckckck, bocah ini…”ujar Sungmin sambil tersenyum. Kelihatannya Kyuhyun terlalu lelah hingga terlelap.

Pertunjukkan diakhiri dengan suara gemuruh tepuk tangan penonton. Tepuk tangan penonton benar-benar sangat keras. Suaranya memenuhi seluruh gedung. Dan suara riuh tepuk tangan itu yang menjadi alarm-bangun untuk Cho Kyuhyun. Satu persatu penonton mulai meninggalkan tempat duduk, sementara Kyuhyun masih duduk dengan mulut terbuka. “Kyuhyun-ah, cepat tutup mulutmu. Semua orang bisa mengetahui kalau kau baru saja tertidur dari bau mulutmu,” ujar Sungmin, tertawa.

“Sunbae, ini…?” Kyuhyun memandang sekelilingnya. Tirai panggung sudah ditutup dan dalam gedung pertunjukkan itu hanya ada Kyuhyun dan Sungmin.

“Hah, kau ini. Sudah selesai. Tapi, terima kasih ya, sudah menemaniku,” kata Sungmin, tertawa sambil pergi meninggalkan Kyuhyun.

“Ahh, sayang sekali…” Kyuhyun menyesal. (Xixi)

**********

“Jong Suk-ah, terima kasih banyak untuk tiketnya. Pertunjukkannya mengagumkan. Terima kasih sudah mengajakku.” Hyo Jung tersenyum manis pada Jong Suk, membuat pria itu salah tingkah dan hanya dapat mengatakan kata “ya.”

Tidak jauh dari tempat itu, terdapat sebuah kios es krim yang terkenal akan kelezatan dan macam rasanya. Jong Suk dan Hyo Jung menyempatkan waktu mereka untuk menikmati es krim vanilla yang terkenal paling lezat di kios itu.

Hyo Jung sedang menikmati es krim vanillanya dengan waffle ketika dua orang pria masuk dan duduk disebelah Hyo Jung dan Jong Suk. Hyo Jung melirik untuk melihat siapa yang datang, dan betapa terkejutnya dia, mengetahui bahwa yang duduk di sebelahnya adalah pemuda kurang ajar waktu itu. Hmm, mungkin akan lebih tepat jika disebut sebagai pemuda berkepribadian ganda.

Mata mereka bertemu selama kurang lebih dua detik. Setelah itu masing-masing dari mereka mendengus kesal. Seorang pelayan mendatangi meja Kyuhyun dan Sungmin, menanyakan pesanan mereka. Kyuhyun melihat banner yang menuliskan berbagai jenis macam es krim baru di toko itu. Kepalanya menoleh kearah banner itu, namun matanya tidak lepas dari es krim yang dimakan oleh Hyo Jung. Kemudian pelayan itu pergi.

Beberapa menit kemudian, pelayan datang membawa pasangan kedua pemuda itu. Kyuhyun ternganga dengan es krim yang pelayan bawa untuknya.

“Maaf, saya pikir, anda salah mengantarkan es krim ini,” kata Kyuhyun sambil menunjuk es krim yang ditujukan padanya.

“Bukankah anda memesan es krim ini tadi? Saya lihat, anda melihat es krim yang dimakan oleh nona ini. Maaf, saya akan kembali dengan pesanan anda yang baru,” ujar pelayan itu.

“Tidak perlu, tidak apa-apa,” kata Kyuhyun. Pelayan itu mengucapkan terima kasih atas kebaikan Kyuhyun, membungkuk dan pergi. Hyo Jung yang melihatnya hanya tertawa.

“Apa urusannya denganmu? Jangan tertawa!” Kyuhyun menatap Hyo Jung dengan pandangan kesal.

“Tidak, hanya kau lucu saja.” Hyo Jung tertawa. Sungmin yang melihat Hyo Jung tertawa ikut tertawa.

“Sunbae, kau ingin menjadi pengikutnya?”

**********

Kyuhyun dan Sungmin berjalan menuju stasiun bawah tanah, diikuti oleh Hyo Jung dibelakang mereka, berjarak sekitar 3 meter dari mereka. Angin dingin musim gugur menimpa mereka. Kyuhyun terlihat bersikap cuek, padahal diam-diam ia memperhatikan bahwa gadis itu tetap baik-baik saja. Saat sedang berjalan, Hyo Jung menghentikan langkahnya dan berkacak pinggang. Wajahnya pucat. Kyuhyun hampir menghentikan langkahnya ketika Hyo Jung berhenti. Namun gadis itu kuat, ia melanjutkan jalannya meski dengan langkah lunglai tak bertenaga. Hyo Jung hanya merapatkan jaketnya untuk membuatnya lebih baik.

Mereka tidak perlu menunggu lama kereta datang, karena memang ada jadwal kereta yang akan berangkat mendekati waktu itu. Kelihatannya banyak penumpang yang habis menyaksikan pertunjukkan drama musikal tadi, sehingga kereta penuh (hampir) sesak. Sungmin dengan egoisnya merebut tempat duduk terakhir yang tersisa. Sedangkan Hyo Jung dan Kyuhyun berdiri.

Hyo Jung benar-benar merasa tidak baik. Ia merasa mual, pusing dan sebagainya. Ia bahkan tidak dapat bertahan lebih lama. Karena saat kereta direm, Hyo Jung memegang pundak Kyuhyun. Kemudian terjatuh dalam pelukan Kyuhyun yang berpaling padanya…

Jumat, 11 November 2011

Raining Love Chapter 1 (Second Series)

First Series => My Stupid Sweet Prince
Casts :
*    Park Hyo Jung
*    Cho Kyuhyun
*    Lee Jong Suk
*    Lee Ga Yeun
*     And the other casts

Awan gelap menyelimuti kota Seoul. Begitu suram. Angin dingin musim gugur menyapu silk-facenya. Gadis dengan rambut panjang terurai itu berjalan dengan langkah pelan, tak bersemangat. Dunia tak pernah terasa sesuram ini, bahkan saat kedua orang tuanya akan berpisah. Tangan gadis itu bergetar. Udara dingin saat itu, seakan menusuk sampai ke dalam jantungnya yang berdebar tanpa sebab. Tak ada senyum manis yang selalu menghiasi wajahnya kini, setelah pria yang mengisi relung hatinya tak dapat bersama disisinya. Cinta Hyun Bin menggerogoti hatinya (lanjutan My Stupid Sweet Prince). Sebenarnya apa makna cinta? Apa guna cinta itu? Apa itu cinta? Gadis itu buta oleh dan karena cinta. Kebutaan perasaan dari hati untuk merasakan cinta. “Di dunia ini tak ada yang memberiku cinta!” Begitu, menurut gadis itu.

Kilasan kejadian 2 bulan lalu membuatnya gemetar. Tangannya yang membawa buku berat, tak sanggup bertahan. Diselingi tetesan air mata, gadis yang akrab disapa Hyo Jung ini (Hyo Jung=Heo Jung) mengambil bukunya. Dengan langkah terseok-seok, gadis itu kembali berjalan. Berjalan menyusuri kota Seoul tanpa arah dan tujuan. Tatapannya yang menerawang tak jelas membuatnya berhenti sesaat, setelahnya, ia melanjutkannya.

Sudah 40 menit Hyo Jung berjalan. Meski tak bertenaga, ia memaksa diri. Berjalan lambat dengan menunduk, membuatnya tak peduli dengan pengguna jalan lain di kota itu. Seorang anak kecil yang sedang berlari menabrak lengannya dan membuatnya goyah. Hyo Jung mengangkat kepalanya. Pandangannya mengarah pada sebuah toko kecil, yang memendam kenangannya bersama Hyun Bin, sekitar 2 bulan yang lalu. Tangannya meraih retsleting tas selempangnya dan mengeluarkan ponsel elegan dengan warna hitam miliknya. Gantungan ponsel dengan huruf “H” yang menginisialkan nama mereka masih menggantung di ponselnya. Gantungan pemberian Hyun Bin itu adalah kenangan terakhir Hyo Jung bersama dengan kekasihnya. Seperti petir, kilatan kenangan melintas cepat dalam benak Hyo Jung, membuat seluruh tubuhnya bergetar. Tangannya menyusup lagi ke dalam tas untuk memasukkan ponsel, setelah itu Hyo Jung merapatkan jaketnya. Ia berjalan perlahan mendekati toko itu, sumber harta kenangannya dengan Hyun Bin. Setiap kali melangkah, ia merasakan seperti sebuah pisau membelah hatinya perlahan yang kemudian mengeluarkan darah hangat yang segar. Namun disamping itu, ia merasakan rasa hangat yang berbeda, seperti kembali ke masa lalu, saat Hyun Bin masih berada di sisinya, berjalan bersamanya, tertawa bersamanya, menghabiskan waktu bersamanya…

Hyo Jung menekan semua rasa yang memenuhi hatinya saat ini. Dengan penuh keyakinan, ia mulai berjalan menuju toko itu. Bunyi gemerincing terdengar bersamaan dengan pintu yang terbuka. Toko itu masih sama, kecuali kasir, pelayan yang berdiri dekat kasir sudah berbeda. Hyo Jung bertanya-tanya dalam hati  di manakah si pelayan itu. Namun perhatiannya teralihkan oleh tempat dimana gantungan ponsel, gantungan kunci dijual. Hyo Jung mendekat ke rak tersebut. Dengan seksama, Hyo Jung memperhatikan deretan gantungan kunci yang tergantung. Satu. Masih ada gantungan seperti miliknya dan Hyun Bin, tapi hanya ada satu. Hanya bisa untuk per-individu. Tidak bisa untuk sepasang kekasih. Ketika sedang mengelilingi toko, Hyo Jung melihat cincin pasangan. Desain yang simple dan elegan membuatnya ingin memilikinya. Tapi tak akan sempurna tanpa kehadiran ‘mantan’ kekasihnya yang direnggut secara paksa dari padanya.

Dengan segera, udara dingin menusuk kulitnya kembali setelah Hyo Jung menutup pintu toko itu. Diiringi senyum kecil, Hyo Jung kembali melangkah. Semenit kemudian Hyo Jung merasa tetesan air membasahi ubun-ubunnya. Gerimis, yang kemudian menjadi hujan lebat. Dengan sekuat tenaga, Hyo Jung berlari ke arah halte yang berjarak sekitar 50 meter dari tempatnya berdiri sekarang. Bajunya cukup untuk dibilang basah kuyup. Dalam hati menggerutu karena lupa membawa payung. Karena kedinginan, Hyo Jung bersin. “Wah, gadis buruk. Ckckck…” seorang laki-laki disebelahnya mencemooh.

“Memangnya apa urusannya denganmu? Siapa kau aku juga tidak tahu. Nggak usah ikut campur!” Hyo Jung menatap tajam laki-laki di sebelahnya. Laki-laki itu cukup tinggi. Ujung kepala Hyo Jung hanya mencapai bahunya. Syal tebalnya yang menutupi bagian bawah wajahnya membuat Hyo tidak dapat melihat wajahnya secara keseluruhan. 
Lee Jong Suk, teman sekelasnya, yang sedang berjalan melewati tempat itu melihat Hyo Jung. “Aigoo, kau hujan-hujanan lagi? Ayo cepat, akan kuantar kau pulang,” ujar Jong Suk.

Sebelum Hyo Jung melangkahkan kakinya, laki-laki disebelahnya tadi bersin dengan keras. “Kau sangat parah,” kata Hyo Jung sambil memandang laki-laki itu dengan pandangan mengejek. Sebelum laki-laki itu membalas kalimat Hyo Jung, Hyo Jung sudah bergegas pergi dengan Jong Suk. “Awas kau,…” ujar lelaki itu pelan.

**********

“Dasar anak nakal,” kata Jong Suk sambil mengacak pelan rambut Hyo Jung.
“Jangan diacak-acak! Nanti rambutku kusut!” Hyo Jung ‘mutung’. Hyo Jung merebut payung Jong Suk dari tangan temannya itu dan segera berjalan cepat, sehingga Jong Suk kehujanan.

“Yaaa!!! Itu payungku!!” teriak Jong Suk sambil mengejar Hyo Jung. Hyo Jung berjalan semakin cepat yang kemudian menjadi berlari. Dengan cepat, Jong Suk mengejarnya. Ketika merasa sudah cukup dekat, Jong Suk menggelitik Hyo Jung. Dengan tangan lainnya yang ‘nganggur’, Hyo Jung memeluk pinggangnya karena geli, tapi terus berlari. Mereka terus berkejar-kejaran sampai payung itu estafet, berada di tangan Jong Suk.

“Sifat nakalmu ternyata tidak berkurang sedikit pun. Bahkan setelah berkabung…” Jong Suk tidak sengaja melontarkan kalimat itu, membuat Hyo Jung berhenti berjalan, dan kehujanan. Jong Suk menoleh ke belakang setelah berjalan beberapa langkah, menyadari bahwa Hyo Jung sudah tidak ada. Heo Jung berdiri di bawah guyuran air hujan, ia menunduk. Jong Suk mendekati Hye Jung, “Maafkan aku…” Sambil merangkul Hyo Jung, Jong Suk mengajak Hyo Jung untuk kembali berjalan. Dengan penuh rasa bersalah, Jong Suk menjaga ucapan dan tingkahnya di depan Hyo Jung.

**********

Seperti hari-hari yang lalu, rumah Hyo Jung kosong. Ayah Ibunya sudah berpisah tanpa mempedulikan dirinya dan kakaknya, Kwon Ji Young. Hyo Jung dan Ji Young, kakaknya, memang lahir dari ibu yang berbeda. Tapi mereka sudah menganggap satu sama lain sebagai saudara kandung. Dikarenakan jadwal BIG BANG, boyband kakaknya, yang terlampau padat, Ji Young atau yang lebih dikenal masyarakat luas sebagai G-Dragon tinggal di asrama dan tidak leluasa untuk mendapatkan akses keluar asrama untuk menjenguk adiknya. Ji Young hanya menjenguk adiknya paling tidak sebulan sekali.

Jong Suk menghabiskan waktu sampai selesai makan malam untuk menemani Hyo Jung. “Kau gadis yang kuat dan cerdas,” ujar Jong Suk saat makan malam.
“Terima kasih. Tapi, itulah caraku untuk bertahan hidup. Meski sering kali berpikir untuk menyusul Oppa…

“Jangan begitu. Banyak hal yang belum kau rasakan selama di dunia, jangan mengambil keputusan terburu-buru. Pikirkanlah baik-baik…” kata Jong Suk, tersenyum. Dalam hati, Jong Suk berkata, “Aku tidak akan membiarkanmu mati. Aku akan membuatmu menjadi milikku. Ketika saat itu tiba, aku akan selalu menjagamu. Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu cepat…”



*********

Sudah 15 menit semenjak kepergian Jong Suk. Hyo Jung hanya mengerjakan tugasnya tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Hyo Jung juga hanya serius pada buku dihadapannya. Laptop Apple, televisi, IPad, Ponsel, Headset, dan benda-benda lain miliknya jarang ia gunakan. Gadis itu hanya sering menggunakan bukunya. Bahkan mobilnya pun sudah jarang sekali digunakan. Dengan Hyo Jung yang tak bersemangat dalam hidup, rumah itu seakan kena imbasnya. Rumah besar di Seoul Nohwon itu seakan tak bernyawa, tidak seperti dulu, saat-saat menyenangkan ketika Hyo Jung masih duduk di bangku sekolah dasar.

(Flashback)

Di taman belakang, Hyo Jung berkejar-kejaran dengan kakaknya, Ji Young yang telah merebut boneka beruangnya. Mereka bermain lama sekali. Ayah mereka hanya tertawa sambil membaca koran, sedangkan ibu sedang memanggang daging dan beberapa marshmellow.

“Hyo Jung-ah, kemarilah. Kau bisa sakit kalau kelelahan!” panggil Hyo Jung’s omma.

“Anio, Omma! Aku tidak akan sakit!” teriak Hyo Jung, tertawa sambil terus berlari mengejar kakaknya meski nafasnya memburu.

“Ji Young-ah, kembalikan boneka adikmu. Kasihan dia, sudah kelelahan… Hyo Jung-ah, sudahlah, cepat berhenti. Dagingnya hampir matang,” ujar Omma mereka.

“Sebentar, omma!” jawab mereka serempak.

Ayah mereka hanya tertawa sambil menggelngkan kepala melihat kelakuan nakal anaknya.

“Ji Young-ah, kemarilah,” ujar Ayah.

“Ne, Appa. Ada apa?”

“Berhentilah bermain, Appa akan mengajakmu pergi. Bagaimana? Kau mau?” tanya Ayah.

“Appa, aku bagaimana?” Hyo Jung bertanya sambil berlari kemudian duduk di pangkuan Ayahnya.

“Iya.. iya, anak Appa yang manis ini juga akan ikut.”

“Bagaimana dengan omma?” Tanya Ji Young.

“Jangan tinggal Omma, Appa…” rayu Hyo Jung.

“Tentu saja Omma ikut. Jika tidak, Appa akan kerepotan mengurus kalian. Jadi, jangan lari-lari lagi, arasseo (mengerti) ?”

Arasseoyo, Appa…” jawab mereka lemas. Ayah mereka hanya tertawa melihatnya.

Kenangan itu kini hanya sebuah sampah, cerita fiksi bagi Hyo Jung, karena Hyo Jung sudah tidak percaya bahwa hal-hal sebahagia dan semanis itu pernah terjadi dalam hidupnya. It’s look impossible…

Ditemani segelas coklat hangat, Hyo Jung melahap buku baru yang dibelinya kemarin.

**********

Hari libur. Tidak banyak yang bisa dikerjakannya. Mungkin sebagian besar waktunya akan ia habiskan untuk membaca buku. Saat sedang membaca buku, perutnya berbunyi tanda keroncongan. “Hmmpphh,” Hyo Jung mendengus kesal. Karena di rumah tidak ada makanan apa pun, kecuali susu 2 hari yang lalu, yang pasti sudah basi, Hyo Jung harus pergi ke market.

Di supermarket, Hyo Jung membeli banyak mi instan dan beberapa cemilan lain. Saat sedang melihat ‘counter’ daging, Hyo Jung tanpa sengaja menabrak seseorang.
“Maafkan saya,” kata Hyo Jung dan orang yang ditabraknya tadi bersamaan. Mereka sama-sama membungkukkan badan.

“Tidak apa-apa. Maaf, itu salahku juga,” ujar Hyo Jung.

“Sekali lagi, saya mohon maaf,” kata orang itu. Tiba-tiba, orang lain dibalik orang itu memegang pundaknya, “Kita sudah terlambat,” kata orang asing yang lain itu. Setelah mengucapkan salam perpisahan, mereka berpisah.

“Aku merasa mengenal orang itu. Tapi siapa, di mana, kapan kami saling mengenal?” Tanya Hyo Jung dalam hati. Tapi setelahnya ia tak menghiraukan pertanyaannya tadi.

**********

“I wanna it – I wanna it, oh~  jeongmal jeongmal kimchi. Oh yeah, baby… I just can eat noodle noodle when I felt so hungry. Oh God, baby… Somebedy help me oh just please help me for right now. I’m aloner, please become m-y closer mind~” Hyo Jung menyanyi pelan lagu itu selama di supermarket, menunggu antrian.

Terdengar suara tawa meledak dari sebelah Hyo Jung. “Kau lucu sekali,…” ujar lelaki itu.

“Siapa kau? Ahh.. ya, kau pemuda yang menabrakku tadi kan?” Hyo Jung mengembangkan senyumnya.

“Hmm, kira-kira, begitulah…” pemuda itu tersenyum.


“Mereka, kakak-kakakmu?” Tanya Hyo Jung sambil menunjuk orang yang sedang membayar dikasir, yang tadi memegang pundak pemuda ini.

“Bisa dibilang begitu, tapi bukan kandung,” kata pemuda itu.

“Maknae~!” panggil salah seorang dari mereka.

“Aku akan dimarahi jika terlambat. Maaf aku harus pergi sekarang, senang dapat mengenal seseorang seperti anda,” ujar pemuda itu, membungkuk, lalu pergi.

“Saya juga merasa senang dapat mengenal seseorang seperti anda,” ujar Hyo Jung.

Hyo Jung berpikir panjang selama perjalanan. “Hmm, apakah aku lucu? Aku hanya bernyanyi. Apakah suaraku jelek? Hmm, dia pemuda yang menyenangkan, meski agak aneh,” Hyo Jung mengangkat menepuk-nepuk pipinya, mengangkat kaca matanya dan mengucek matanya.

**********

“I wanna it – I wanna it, oh~  jeongmal jeongmal kimchi. Oh yeah, baby… I just can eat noodle noodle when I felt so so so hungry. Oh God, baby… Somebody help me oh just please help me for right now. I’m aloner, please become m-y closer mind~” Hyo Jung menyanyikan lagunya lagi. Kemudian ia tersenyum.

Ponselnya berbunyi. Lee Ga Yeun, sahabatnya menelepon.

“Yeoboseyo~” Hyo Jung membuka pembicaraan.

“Hyo Jung-ah,…” nada bicara Ga Yeun terdengar khawatir.

“Ada apa Yeun-ah?”

“Orang tuaku pergi ke daerah asal nenek untuk bekerja sebagai nelayan di sana. Aku tidak boleh ikut, mereka mengharuskanku belajar di sini. Tapi adikku yang tinggal bersamaku kecelakaan…” Ga Yeun terisak.

“Astaga,… calm down, baby. Hmm, di mana kamu sekarang?”

“Aku bawa dia ke Seoul National University Hospital…”

“Aku akan ke sana,” kata Hyo Jung. “Tunggu aku.”

Ini pertama kalinya setelah sekian lama Hyo Jung tidak mengendarai mobil pribadinya. Selama 3 bulan, mungkin? Tidak. Sepertinya lebih dari 3 bulan. Hyo Jung sangat rindu pada benda yang hampir selalu disentuhnya dulu.

Mobil meluncur cepat di bawah remang-remang lampu jalan kota Seoul. Menerobos puluhan mobil dengan cepat, menuju Seoul National University Hospital.

**********

“Dia mengalami patah tulang dan butuh perawatan khusus untuk beberapa hari. Biarkan dia beristirahat dulu,” kata sang dokter, setelah keluar dari ruangan Dong Chan, adik Ga Yeun.

“Terima kasih,” ucap Ga Yeun.

Setelah sang dokter pergi, Ga Yeun menumpahkan semua perasaan dan bebannya. “Orang tuaku.. o.. orang tuaku bekerja sebagai nelayan di daerah tempat nenek tinggal. Aku yakin, akan sulit membayar biaya perawatan Dong Chan. Hyo Jung, apa yang harus kulakukan?” Tanya Ga Yeun sambil terus menangis.

“Gwaenchanhna, tenanglah, aku akan membantumu,” kata Hyo Jung sambil menepuk punggung Ga Yeun lembut.

“Maaf, aku sudah banyak merepotkanmu.” Ga Yeun memeluk sahabatnya.

“Hyo Jung tersenyum, “Itulah gunanya sahabat.”

**********

Keesokan paginya, Hyo Jung dan Ga Yeun berangkat ke kampus bersama. Tapi mereka harus berpisah dikarenakan mereka mengambil jurusan yang berbeda.

“Yaa, gadis nakal!” Terdengar suara Jong Suk dari belakang. Hyo Jung menoleh. Jong Suk sedang berlari menghampirinya. Hyo Jung menyambutnya dengan senyuman manis yang membuat pria itu merasa amat sangat bahagia. Kembalinya senyuman Hyo Jung sudah langka akhir-akhir ini dan kemunculan senyumnya yang tak terduga merupakan sebuah kejutan istimewa untuknya, Jong Suk.

“Kau sudah mengerjakan tugasnya?” Tanya Jong Suk.

“Belum semua, tapi hampir selesai,” kata Hyo Jung.

“Wow, kilat…” ujar Jong Suk. Hyo Jung tertawa kecil.

Mereka mengambil jurusan yang sama, sehingga hampir setiap waktu mereka selalu bersama di kampus. Saat Hyo Jung memperhatikan dosen mengajar, Jong Suk diam-diam memperhatikan orang yang mengisi hatinya itu. Wajah Hyo Jung terlihat manis dari setiap sudut yang diambil oleh Jong Suk.

Bunyi “kriiinnng….” Menandakan saat istirahat. Hyo Jung memutuskan untuk membaca sejumlah buku di taman kampus. Hyo Jung memilih tempat duduk rindang di bawah buku. Ia tidak peduli bahwa di tempat duduk itu ada orang lain yang sedang melakukan aktivitas yang sama. Hyo Jung dengan cueknya duduk disebelah orang itu tanpa ijin, permisi atau apa pun. Orang itu melirik kea rah Hyo Jung selama beberapa detik, kemudian melanjutkan kegiatannya.

Seorang mahasiswa yang merokok berjalan dekat tempat Hyo Jung duduk dan menghembuskan asap rokoknya seenaknya. Ketika hidung Hyo Jung menyentuh asap rokok itu, ia bersin. Orang disebelahnya, yang merupakan seorang pemuda memandangi Hyo Jung kemudian berpaling. “Jadi kau orang menjijikkan yang waktu itu,” ujarnya santai.

“Apa katamu? Memangnya siapa kau?! Aku tidak memiliki urusan denganmu!” Hyo Jung mulai naik darah, tanpa melihat wajah pemuda di sampingnya.

Tak lama kemudian, pemuda itu juga bersin, cukup keras. Tapi tidak sekeras saat di halte waktu itu. “Nah, kau juga!” Hyo Jung merasa senang.

“Itu karena kau menolak virus dan bersinmu itu membawa virusnya kepadaku. Akhirnya aku bersin, dan itu juga karenamu!” ujar pemuda itu keras. Kemudian mereka bertatapan.

“Kau!” kata mereka serempak.

Kamis, 27 Oktober 2011

My Stupid Sweet Prince (Episode 6 - End Sequel 01)


Casts :
·         Park Heo Jung
·         Hyun Bin
·         Lee Jong Suk as Heo Jung’s classmate
·         Choi Si Won as PBC’s Chairman
·         G-Dragon as Park Ji Young, Heo Jung’s old brother
·         And the other casts.
Length : Episodes
 
 





Sore itu, Hyun Bin mengajak Heo Jung mengitari kota Seoul. Banyak pasangan yang menikmati akhir pekan selain mereka berdua. Hyun Bin dan Heo Jung memang sudah mendatangi banyak tempat. Namun, tidak satu pun tempat mereka singgahi. Hal itu membuat Heo Jung kesal.

                “Oppa, sebenarnya kau ingin mengajakku ke mana?!?”
                “Hmm, aku juga tidak tahu,” jawab Hyun Bin sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
                Heo Jung mendengus. Hyun Bin meliriknya, sedangkan Heo Jung memalingkan wajahnya. Sambil tertawa kecil, Hyun Bin berkata, “Aku akan membawamu ke suatu tempat.” Heo Jung tersenyum lebar.
                Malam itu begitu indah. Lalu lintas cukup padat. Banyak penduduk Seoul yang sangat menikmati hari luang mereka setelah enam hari bekerja penuh. Kerlap-kerlip Kota Seoul begitu menakjubkan di mata sepasang kekasih yang belum lama berpacaran ini.

***********

                “Ini tempat yang kamu maksud?” tanya Heo Jung.
                Hyun Bin mengangguk. Mobil mereka berhenti di depan sebuah toko. Toko itu tidak terlalu besar. Namun dekorasinya yang simple tapi senada dengan warna dindingnya, membuat toko itu terlihat menarik. Ucapan selamat datang yang terdengar ramah menyambut mereka ketika Hyun Bin mulai masuk, diikuti Heo Jung. Tanpa ragu, Hyun Bin mendatangi sebuah rak di pojok sebelah kanan toko. Di rak tersebut, terpajang macam-macam gantungan kunci dan hiasan untuk ponsel. Hyun Bin mengambil dua gantungan ponsel dengan hiasan lucu. Yang membuat gantungan ponsel ini menarik, terdapat huruf “H” di masing-masing gantungan. Hyun Bin membeli dua buah gantungan itu dengan harga yang terbilang tidak murah.
                “Jaga gantungan ini baik-baik. Harganya tidak murah dan ini buatan Amerika,” ujar Hyun Bin setelah selesai bertransaksi. Heo Jung memeluk tubuh Hyun Bin erat. “Oppaaa…” katanya manja. Heo Jung menyandarkan kepalanya di dada Hyun Bin. Ia bisa mencium bau harum tubuh kekasihnya. Kemudian Heo Jung mengangkat kepalanya, memandang wajah Hyun Bin. Wajah manis Heo Jung membuat Hyun Bin gemas. Hyun Bin mencubit pipi merah Heo Jung, dan tanpa sengaja, tangannya menyentuh bibir Heo Jung. Selama beberapa detik, Hyun Bin terus memandangi bibir Heo Jung, sampai akhirnya tersadar setelah Heo Jung melepaskan pelukannya.
“Jangan bilang kau ingin menciumku,” kata Heo Jung sambil menyipitkan matanya.
“Aku sama sekali tidak ingin menciummu. Jangan berpikir yang tidak-tidak,” kata Hyun Bin yang segera keluar dari toko. Heo Jung ditinggalnya di dalam toko.
“Oppa! Teganya kau meninggalkanku!” teriak Heo Jung sambil berlari-lari mengejar Hyun Bin. Mobil mereka memang di parkir agak jauh dari toko. Hyun Bin berjalan cepat menuju tempat parkir, membuat Heo Jung harus mengeluarkan tenaga ekstra. Heo Jung bisa menyusul Hyun Bin ketika Hyun Bin berhenti berjalan. Heo Jung berjongkok. Terlalu lelah. Hyun Bin mengulurkan tangannya yang dengan cepat disambar Heo Jung. “Oppa teganya kau, meninggalkanku.” Heo Jung cemberut.
“A.. aku… han..hanya gu.gup melihatmu. Mianhaeyo, jagiya…” kata Hyun Bin sangat pelan sambil mencium rambut Heo Jung. Entah Heo Jung mendengarnya atau tidak, tapi gadis dengan rambut tergerai itu tersenyum. Heo Jung memegang lengan Hyun Bin erat, sembari mereka berjalan.
“Oppa, kenapa kau suka sekali menciumku?” Tanya Heo Jung.
“Mungkin karena kau manis? Saat aku menciummu, terasa manis, seperti aku sedang makan permen karet. Hehehe.” Kalimat Hyun Bin berakhir disusul dengan pukulan pelan Heo Jung.
Mereka masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, mereka terdiam sejenak. “Oppa, aku sedang merasa tidak nyaman. Apa yang salah dengan diriku?” Heo Jung membuka pembicaraan.
“Sekarang, gantungkan dulu gantungan yang aku belikan tadi. Aku ingin melihat kau memakainya,” kata Hyun Bin. Heo Jung melakukannya.
“Selama gantungan itu masih ada, tidak… aku harap, aku bisa menetap dalam hatimu selamanya. Ini adalah kenangan permanen kita nomor 1,” kata Hyun Bin sambil menunjuk gantungan tadi.
“Bagaimana kalau kita berjalan-jalan lagi?” lanjut Hyun Bin.
                “Ne, dengan senang hati! Masalah gantungan itu, tidak perlu dengan barang, aku akan menjadi milik Oppa selamanya dan begitu juga dengan Oppa yang akan selalu menjadi milikku.”
                Hyun Bin mengacak rambut Heo Jung.

************

                Hyun Bin membawa Heo Jung ke taman kota. Banyak orang berkumpul di situ meski hanya untuk mengobrol bersama yang sebenarnya bisa dilakukan di rumah. Sebagian orang lebih memilih untuk menghabis waktu di luar rumah saat akhir pekan.
                Hyun Bin menarik Heo Jung untuk berlari ke arah taman. Berbagai macam kembang api menghiasi langit Seoul.
                “Indah sekali,” ujar Heo Jung.
“Begitukah menurutmu?” Hyun Bin tersenyum.
Heo Jung menutup matanya dan menarik nafas dalam-dalam. “Aku merasa bebas,” kata Heo Jung. “Terima kasih telah membuatku bebas.”
Hyun Bin merangkulnya. “Kau ingin sesuatu untuk di makan? Aku akan membelikannya untukmu. Tunggu di sini, ya. Jangan ke mana-mana.” Hyun Bin menggerakkan jari telunjuknya ke kanan, kemudian kiri. Kemudian Hyun Bin masuk ke dalam kerumunan pejalan kaki.  Merasa kesepian, diam-diam Heo Jung mengikuti Hyun Bin. Baru beberapa meter berjalan, Heo Jung melihat kekasihnya ditarik seseorang diantara kerumunan pejalan kaki. Dengan menambah kecepatan berjalannya yang kemudian menjadi berlari.Sekilas, Heo Jung melihat kekasihnya ditarik oleh beberapa orang kemudian dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil sedan hitam. Dengan cepat, Heo Jung menghampiri pos polisi terdekat dan dengan bantuan mobil polisi, mengejar mobil itu. Mobil hitam itu membawa mereka sampai ke tempat yang jauh dari keramaian. Cara menyetir mereka yang berkelok-kelok sempat membuat Heo Jung dan polisi kehilangan jejak. Namun, dengan bantuan perkiraan, mereka berhasil sampai ke tempat yang dituju. Ketika mobil polisi datang, dengan bantuan sorot lampu mobil, Heo Jung dapat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, Hyun Bin dihajar habis-habisan oleh orang-orang asing itu. Barulah ketika mobil polisi datang, orang-orang asing itu berhenti menghajar korban mereka dan mulai berlari menyelamatkan diri.
Heo Jung berlari menghampiri kekasihnya yang terkapar dengan sekujur tubuh penuh luka. Heo Jung mengangkat kepala Hyun Bin dengan sebelah tangannya dan menggerakkan tubuh Hyun Bin sekuat tenaga, agar orang yang dikasihinya itu membuka matanya. Hyun Bin membuka matanya perlahan, disambut teriakan gembira Heo Jung. Sebisa mungkin, dengan sisa tenaga yang ada, Hyun Bin mengucapkan sesuatu. “Naega, saranghaeyo. Jeongmal saranghaeyo, Jung-ah.”
Heo Jung meneteskan air matanya. “Oppa…”
Berdasarkan keinginannya, Heo Jung mencium lembut Hyun Bin. Dengan air mata yang terus mengalir dari matanya. Dengan berakhirnya Last Kiss mereka, Hyun Bin menutup mata…

*************

Sejak kemarin malam, tidak terhitung berapa bulir air mata yang jatuh melewati pelupuk mata Heo Jung. Kekasih yang “terlanjur” ia sayangi, harus berakhir sampai di sini. Perjalanan mereka meski belum memakan banyak waktu, namun rasa sakit menggerogoti seluruh hati Heo Jung.
Bersama kerabat terdekat Hyun Bin seperti Ketua CEO, Choi Siwon, datang untuk ikut memberikan penghormatan terakhir. CEO adalah tempatnya bekerja sampai detik-detik terakhir berhembus nafasnya. Jong Suk pun ikut datang. Selain untuk memberikan penghormatan terakhir, dia datang untuk menghibur Heo Jung. Selama berada di rumah duka, Heo Jung selalu berada di dekat peti Hyun Bin, bersama dengan Jong Suk. Sesekali Jong Suk mengelus punggung Heo Jung. Namun gadis yang biasa tersenyum itu tak menampilkan senyumnya sekalipun.
“Heo Jung-ssi…” Choi Siwon memanggil Heo Jung pelan. Heo Jung mengangkat kepalanya untuk melihat pria bersuara berat dihadapannya. “Bisa kita bicara sebentar?”

*************

Mereka berbicara sekitar 5 meter dari rumah duka. Tanpa membuang waktu, Choi Siwon mengawali pembicaraan.
“Turut berduka atas kematian Hyun Bin… Dia adalah pihak terbesar, terpercaya, terbaik, yang pernah kami miliki.”
“Pihak? Apa maksudmu?” Heo Jung mengerutkan keningnya.
“Anda belum tahu? Dia bekerja pada kami, sebagai mata-mata Perusahaan CEO. Kami bersaing dengan Perusahaan Holink. Awalnya kedua perusahaan ini adalah satu perusahaan besar, yang didirikan oleh dua pengusaha. Tapi kemudian salah satu diantara mereka berkhianat dengan menjual formula perusahaan dengan iming-iming ratusan juta dolar. Ahkirnya terjadilah pertikaian diantara mereka yang membuat mereka berpisah dan mendirikan perusahaan masing-masing. Sampai saat ini, belum ada surat perjanjian damai yang membuat mereka berhenti bertikai,” “Masing-masing perusahaan membentuk tim mata-mata, di mana tim mata-mata Holink salah satu anggotanya adalah Hyun Bin. Namun, karena menurutnya cara kerja Perusahaan Holink yang curang, tidak benar, dan suka mengadu domba, Hyun Bin pindah ke perusahaan kami, CEO. Perusahaan Holink menganggap Hyun Bin sebagai pengkhianat dan sesudah ia berpindah ke perusahaan kami, selama hidupnya, ia dikejar oleh mata-mata Holink. Orang-orang yang membunuhnya adalah mata-mata Holink yang berhasil melacak Hyun Bin. Setelah ia menjadi mata-mata beberapa bulan yang lalu, seharusnya ia pindah ke kota lain, agar tidak terlacak. Tapi dia tidak mau,” kata Siwon.
“Kenapa? Kenapa Hyun Bin tidak melakukannya? Kenapa?!?” Heo Jung nyaris berteriak.
“Hyun Bin sempat bercerita sedikit padaku. Ia sangat mencintai seseorang yang tidak sengaja ditemuinya. Dia tidak ingin pergi, demi orang yang dicintainya. Dan saya pikir, andalah orang yang sangat dia cintai…”
Heo Jung lemas. Selain tidak memiliki tenaga, seakan otaknya berhenti bekerja.
“Hyun Bin sempat menitipkan ini padaku. Saya tidak tahu apa yang dia maksud, namun sepertinya ini dialamatkan untuk anda. Kalau begitu, saya permisi dulu…” kata Siwon mengakhiri, sambil menyerahkan sebuah amplop coklat besar pada Heo Jung. Setelah membungkuk, Siwon mengundurkan diri.

*************

Heo Jung pulang sebentar untuk melihat isi amplop itu, yang berupa sebuah CD. Heo Jung menyetelnya, dan ternyata itu adalah sebuah rekaman video. Hyun Bin merekam dirinya sendiri, dan kira-kira inilah yang diucapkannya :
“Heo Jung-ah, apa kau sudah makan? Bagaimana kabarmu? Aku sangat merindukanmu… “
(Hyun Bin sedang memegang sebuah boneka, kemudian memeluknya erat, membayangkan bahwa yang berada dalam pelukannya adalah Heo Jung)
“Aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu, dan aku harap kau baik-baik saja…” (Hyun Bin tersenyum)
“Rekaman ini, aku buat khusus untukmu. Aku tahu, suatu saat, hari kepergianku pasti akan datang. Mereka selalu mengejarku. Aku harap kau tahu siapa mereka. Dan, aku pikir, Ketua Choi  sudah menjelaskan semuanya padamu.”
(Hyun Bin menggenggam tangannya erat, seakan menguatkan diri, bahwa ia bisa mnegatakan apa yang akan dikatakannya selanjutnya)
“Heo Jung-ah, jika suatu saat, aku tidak bisa berada di sisimu lagi, jangan jatuh. Tegarlah. Aku dapat melihatmu dari sini. Jangan menjadi anak manja, Jagiya…”
“Makan yang banyak, hiduplah dengan baik, jangan hujan-hujanan. Jangan merasa sendirian dan takut, aku selalu menjagamu di mana pun kau berada, Heo Jung-ah… jangan pernah berhenti berusaha melakukan sesuatu, jangan putus asa, kendalikan emosimu…”
(Hyun Bin meneteskan air matanya)
“Jangan menangis karena diriku Heo Jung-ah. Aku tidak tahu, apakah kau akan menemukan pengganti diriku di hatimu. Tapi, yang perlu kau ketahui, tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan posisimu di hatiku. Aku sangat menyayangimu, aku sangat mencintaimu, Heo Jung-ah…”
Video itu berakhir dengan lambaian tangan dan nyanyian Hyun Bin. Hyun Bin melantunkan lagu “Hope is A Dream That Doesn’t Sleep”.
Heo Jung menangis sambil berkata, “kau seperti Ibuku…”