Casts :
·
Park Heo Jung
·
Hyun Bin
·
Lee Jong Suk as Heo Jung’s classmate
·
Choi Si Won as PBC’s Chairman
·
G-Dragon as Park Ji Young, Heo Jung’s old
brother
·
And the other casts.
Length : Episodes
Sore itu, Hyun
Bin mengajak Heo Jung mengitari kota Seoul. Banyak pasangan yang menikmati
akhir pekan selain mereka berdua. Hyun Bin dan Heo Jung memang sudah mendatangi
banyak tempat. Namun, tidak satu pun tempat mereka singgahi. Hal itu membuat
Heo Jung kesal.
“Oppa, sebenarnya kau ingin
mengajakku ke mana?!?”
“Hmm, aku juga tidak tahu,”
jawab Hyun Bin sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Heo Jung mendengus. Hyun Bin
meliriknya, sedangkan Heo Jung memalingkan wajahnya. Sambil tertawa kecil, Hyun
Bin berkata, “Aku akan membawamu ke suatu tempat.” Heo Jung tersenyum lebar.
Malam itu begitu indah. Lalu
lintas cukup padat. Banyak penduduk Seoul yang sangat menikmati hari luang
mereka setelah enam hari bekerja penuh. Kerlap-kerlip Kota Seoul begitu
menakjubkan di mata sepasang kekasih yang belum lama berpacaran ini.
***********
“Ini tempat yang kamu maksud?”
tanya Heo Jung.
Hyun Bin mengangguk. Mobil
mereka berhenti di depan sebuah toko. Toko itu tidak terlalu besar. Namun
dekorasinya yang simple tapi senada dengan warna dindingnya, membuat toko itu
terlihat menarik. Ucapan selamat datang yang terdengar ramah menyambut mereka
ketika Hyun Bin mulai masuk, diikuti Heo Jung. Tanpa ragu, Hyun Bin mendatangi
sebuah rak di pojok sebelah kanan toko. Di rak tersebut, terpajang macam-macam
gantungan kunci dan hiasan untuk ponsel. Hyun Bin mengambil dua gantungan
ponsel dengan hiasan lucu. Yang membuat gantungan ponsel ini menarik, terdapat
huruf “H” di masing-masing gantungan. Hyun Bin membeli dua buah gantungan itu
dengan harga yang terbilang tidak murah.
“Jaga gantungan ini baik-baik.
Harganya tidak murah dan ini buatan Amerika,” ujar Hyun Bin setelah selesai
bertransaksi. Heo Jung memeluk tubuh Hyun Bin erat. “Oppaaa…” katanya manja.
Heo Jung menyandarkan kepalanya di dada Hyun Bin. Ia bisa mencium bau harum
tubuh kekasihnya. Kemudian Heo Jung mengangkat kepalanya, memandang wajah Hyun
Bin. Wajah manis Heo Jung membuat Hyun Bin gemas. Hyun Bin mencubit pipi merah
Heo Jung, dan tanpa sengaja, tangannya menyentuh bibir Heo Jung. Selama
beberapa detik, Hyun Bin terus memandangi bibir Heo Jung, sampai akhirnya
tersadar setelah Heo Jung melepaskan pelukannya.
“Jangan bilang kau ingin menciumku,” kata Heo Jung sambil menyipitkan
matanya.
“Aku sama sekali tidak ingin menciummu. Jangan berpikir yang
tidak-tidak,” kata Hyun Bin yang segera keluar dari toko. Heo Jung ditinggalnya
di dalam toko.
“Oppa! Teganya kau meninggalkanku!” teriak Heo Jung sambil berlari-lari
mengejar Hyun Bin. Mobil mereka memang di parkir agak jauh dari toko. Hyun Bin
berjalan cepat menuju tempat parkir, membuat Heo Jung harus mengeluarkan tenaga
ekstra. Heo Jung bisa menyusul Hyun Bin ketika Hyun Bin berhenti berjalan. Heo
Jung berjongkok. Terlalu lelah. Hyun Bin mengulurkan tangannya yang dengan
cepat disambar Heo Jung. “Oppa teganya kau, meninggalkanku.” Heo Jung cemberut.
“A.. aku… han..hanya gu.gup melihatmu. Mianhaeyo, jagiya…” kata Hyun Bin
sangat pelan sambil mencium rambut Heo Jung. Entah Heo Jung mendengarnya atau
tidak, tapi gadis dengan rambut tergerai itu tersenyum. Heo Jung memegang
lengan Hyun Bin erat, sembari mereka berjalan.
“Oppa, kenapa kau suka sekali menciumku?” Tanya Heo Jung.
“Mungkin karena kau manis? Saat aku menciummu, terasa manis, seperti aku
sedang makan permen karet. Hehehe.” Kalimat Hyun Bin berakhir disusul dengan
pukulan pelan Heo Jung.
Mereka masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, mereka terdiam sejenak.
“Oppa, aku sedang merasa tidak nyaman. Apa yang salah dengan diriku?” Heo Jung
membuka pembicaraan.
“Sekarang, gantungkan dulu gantungan yang aku belikan tadi. Aku ingin
melihat kau memakainya,” kata Hyun Bin. Heo Jung melakukannya.
“Selama gantungan itu masih ada, tidak… aku harap, aku bisa menetap dalam
hatimu selamanya. Ini adalah kenangan permanen kita nomor 1,” kata Hyun Bin
sambil menunjuk gantungan tadi.
“Bagaimana kalau kita berjalan-jalan lagi?” lanjut Hyun Bin.
“Ne, dengan senang hati! Masalah
gantungan itu, tidak perlu dengan barang, aku akan menjadi milik Oppa selamanya
dan begitu juga dengan Oppa yang akan selalu menjadi milikku.”
Hyun Bin mengacak rambut Heo
Jung.
************
Hyun Bin membawa Heo Jung ke
taman kota. Banyak orang berkumpul di situ meski hanya untuk mengobrol bersama
yang sebenarnya bisa dilakukan di rumah. Sebagian orang lebih memilih untuk
menghabis waktu di luar rumah saat akhir pekan.
Hyun Bin menarik Heo Jung untuk
berlari ke arah taman. Berbagai macam kembang api menghiasi langit Seoul.
“Indah sekali,” ujar Heo Jung.
“Begitukah menurutmu?” Hyun Bin tersenyum.
Heo Jung menutup matanya dan menarik nafas dalam-dalam. “Aku merasa
bebas,” kata Heo Jung. “Terima kasih telah membuatku bebas.”
Hyun Bin merangkulnya. “Kau ingin sesuatu untuk di makan? Aku akan
membelikannya untukmu. Tunggu di sini, ya. Jangan ke mana-mana.” Hyun Bin
menggerakkan jari telunjuknya ke kanan, kemudian kiri. Kemudian Hyun Bin masuk
ke dalam kerumunan pejalan kaki. Merasa
kesepian, diam-diam Heo Jung mengikuti Hyun Bin. Baru beberapa meter berjalan,
Heo Jung melihat kekasihnya ditarik seseorang diantara kerumunan pejalan kaki.
Dengan menambah kecepatan berjalannya yang kemudian menjadi berlari.Sekilas,
Heo Jung melihat kekasihnya ditarik oleh beberapa orang kemudian dipaksa masuk
ke dalam sebuah mobil sedan hitam. Dengan cepat, Heo Jung menghampiri pos
polisi terdekat dan dengan bantuan mobil polisi, mengejar mobil itu. Mobil
hitam itu membawa mereka sampai ke tempat yang jauh dari keramaian. Cara
menyetir mereka yang berkelok-kelok sempat membuat Heo Jung dan polisi
kehilangan jejak. Namun, dengan bantuan perkiraan, mereka berhasil sampai ke
tempat yang dituju. Ketika mobil polisi datang, dengan bantuan sorot lampu
mobil, Heo Jung dapat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, Hyun Bin
dihajar habis-habisan oleh orang-orang asing itu. Barulah ketika mobil polisi
datang, orang-orang asing itu berhenti menghajar korban mereka dan mulai
berlari menyelamatkan diri.
Heo Jung berlari menghampiri kekasihnya yang terkapar dengan sekujur
tubuh penuh luka. Heo Jung mengangkat kepala Hyun Bin dengan sebelah tangannya
dan menggerakkan tubuh Hyun Bin sekuat tenaga, agar orang yang dikasihinya itu
membuka matanya. Hyun Bin membuka matanya perlahan, disambut teriakan gembira
Heo Jung. Sebisa mungkin, dengan sisa tenaga yang ada, Hyun Bin mengucapkan
sesuatu. “Naega, saranghaeyo. Jeongmal saranghaeyo, Jung-ah.”
Heo Jung meneteskan air matanya. “Oppa…”
Berdasarkan keinginannya, Heo Jung mencium lembut Hyun Bin. Dengan air
mata yang terus mengalir dari matanya. Dengan berakhirnya Last Kiss mereka, Hyun Bin menutup mata…
*************
Sejak kemarin malam, tidak terhitung berapa bulir air mata yang jatuh
melewati pelupuk mata Heo Jung. Kekasih yang “terlanjur” ia sayangi, harus
berakhir sampai di sini. Perjalanan mereka meski belum memakan banyak waktu, namun
rasa sakit menggerogoti seluruh hati Heo Jung.
Bersama kerabat terdekat Hyun Bin seperti Ketua CEO, Choi Siwon, datang
untuk ikut memberikan penghormatan terakhir. CEO adalah tempatnya bekerja sampai
detik-detik terakhir berhembus nafasnya. Jong Suk pun ikut datang. Selain untuk
memberikan penghormatan terakhir, dia datang untuk menghibur Heo Jung. Selama
berada di rumah duka, Heo Jung selalu berada di dekat peti Hyun Bin, bersama
dengan Jong Suk. Sesekali Jong Suk mengelus punggung Heo Jung. Namun gadis yang
biasa tersenyum itu tak menampilkan senyumnya sekalipun.
“Heo Jung-ssi…” Choi Siwon memanggil Heo Jung pelan. Heo Jung mengangkat
kepalanya untuk melihat pria bersuara berat dihadapannya. “Bisa kita bicara
sebentar?”
*************
Mereka berbicara sekitar 5 meter dari rumah duka. Tanpa membuang waktu, Choi
Siwon mengawali pembicaraan.
“Turut berduka atas kematian Hyun Bin… Dia adalah pihak terbesar,
terpercaya, terbaik, yang pernah kami miliki.”
“Pihak? Apa maksudmu?” Heo Jung mengerutkan keningnya.
“Anda belum tahu? Dia bekerja pada kami, sebagai mata-mata Perusahaan CEO.
Kami bersaing dengan Perusahaan Holink. Awalnya kedua perusahaan ini adalah
satu perusahaan besar, yang didirikan oleh dua pengusaha. Tapi kemudian salah
satu diantara mereka berkhianat dengan menjual formula perusahaan dengan
iming-iming ratusan juta dolar. Ahkirnya terjadilah pertikaian diantara mereka
yang membuat mereka berpisah dan mendirikan perusahaan masing-masing. Sampai
saat ini, belum ada surat perjanjian damai yang membuat mereka berhenti
bertikai,” “Masing-masing perusahaan membentuk tim mata-mata, di mana tim
mata-mata Holink salah satu anggotanya adalah Hyun Bin. Namun, karena menurutnya
cara kerja Perusahaan Holink yang curang, tidak benar, dan suka mengadu domba,
Hyun Bin pindah ke perusahaan kami, CEO. Perusahaan Holink menganggap Hyun Bin
sebagai pengkhianat dan sesudah ia berpindah ke perusahaan kami, selama
hidupnya, ia dikejar oleh mata-mata Holink. Orang-orang yang membunuhnya adalah
mata-mata Holink yang berhasil melacak Hyun Bin. Setelah ia menjadi mata-mata
beberapa bulan yang lalu, seharusnya ia pindah ke kota lain, agar tidak
terlacak. Tapi dia tidak mau,” kata Siwon.
“Kenapa? Kenapa Hyun Bin tidak melakukannya? Kenapa?!?” Heo Jung nyaris
berteriak.
“Hyun Bin sempat bercerita sedikit padaku. Ia sangat mencintai seseorang
yang tidak sengaja ditemuinya. Dia tidak ingin pergi, demi orang yang
dicintainya. Dan saya pikir, andalah orang yang sangat dia cintai…”
Heo Jung lemas. Selain tidak memiliki tenaga, seakan otaknya berhenti
bekerja.
“Hyun Bin sempat menitipkan ini padaku. Saya tidak tahu apa yang dia
maksud, namun sepertinya ini dialamatkan untuk anda. Kalau begitu, saya permisi
dulu…” kata Siwon mengakhiri, sambil menyerahkan sebuah amplop coklat besar pada
Heo Jung. Setelah membungkuk, Siwon mengundurkan diri.
*************
Heo Jung pulang sebentar untuk melihat isi amplop itu, yang berupa sebuah
CD. Heo Jung menyetelnya, dan ternyata itu adalah sebuah rekaman video. Hyun
Bin merekam dirinya sendiri, dan kira-kira inilah yang diucapkannya :
“Heo Jung-ah, apa kau sudah makan? Bagaimana
kabarmu? Aku sangat merindukanmu… “
(Hyun Bin sedang memegang sebuah boneka, kemudian memeluknya erat,
membayangkan bahwa yang berada dalam pelukannya adalah Heo Jung)
“Aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu,
dan aku harap kau baik-baik saja…” (Hyun Bin tersenyum)
“Rekaman ini, aku buat khusus
untukmu. Aku tahu, suatu saat, hari kepergianku pasti akan datang. Mereka
selalu mengejarku. Aku harap kau tahu siapa mereka. Dan, aku pikir, Ketua Choi sudah menjelaskan semuanya padamu.”
(Hyun Bin menggenggam tangannya erat, seakan menguatkan diri, bahwa ia
bisa mnegatakan apa yang akan dikatakannya selanjutnya)
“Heo Jung-ah, jika suatu saat, aku
tidak bisa berada di sisimu lagi, jangan jatuh. Tegarlah. Aku dapat melihatmu
dari sini. Jangan menjadi anak manja, Jagiya…”
“Makan yang banyak, hiduplah dengan
baik, jangan hujan-hujanan. Jangan merasa sendirian dan takut, aku selalu
menjagamu di mana pun kau berada, Heo Jung-ah… jangan pernah berhenti berusaha
melakukan sesuatu, jangan putus asa, kendalikan emosimu…”
(Hyun Bin meneteskan air matanya)
“Jangan menangis karena diriku Heo
Jung-ah. Aku tidak tahu, apakah kau akan menemukan pengganti diriku di hatimu.
Tapi, yang perlu kau ketahui, tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan
posisimu di hatiku. Aku sangat menyayangimu, aku sangat mencintaimu, Heo
Jung-ah…”
Video itu berakhir dengan lambaian tangan dan nyanyian Hyun Bin. Hyun Bin
melantunkan lagu “Hope is A Dream That Doesn’t Sleep”.
Heo Jung menangis sambil berkata, “kau seperti Ibuku…”