Jumat, 08 Juli 2011

My First Love (Part 3)



”Joo Won,” kata Yeon. ”Panggil aku Daniel,” kata Joo Won.
”Baiklah, Daniel, aku ingin pergi ke toilet sebentar,” kata Yeon. Joo Won memberika senyum manisnya sebelum Yeon pergi. Kesempatan bagus seperti ini tidak akan pernah disia-siakan oleh Soo Kyung.
Soo Kyung mengikuti Yeon diam-diam. Ia tidak sendirian, tapi bersama dengan beberapa temannya. Yeon masuk ke dalam kamar mandi. Dengan sabar dan dengan hati membara, Soo Kyung menunggu dengan sabar. Tak lama kemudian pintu terbuka, Soo Kyung tersenyum sinis. Soo Kyung menarik lengan Yeon. Ia dan teman-temannya mengepung Yeon, seakan Yeon adalah santapan makan malam mereka. ”Masih berani mengganggu Daniel rupanya. Aku pikir kau pintar, tapi kau bahkan lebih bodoh dari yang kukira. Daniel memang menarik, tapi dia playboy. Kita akan lihat, berapa lama anak ini bisa bertahan,” kata Soo Kyung. Rupanya anak buah Soo Kyung sudah menyiapkan 1 buah ember berukuran sedang penuh berisi air. Soo Kyung menumpahkan seluruh air ke tubuh Yeon. Riasan Yeon hancur berantakan, Baju mahal yang ia kenakan basah kuyup. Yeon menatap marah ke arah Soo Kyung. Ternyata tidak hanya sampai di situ, Soo Kyung mengambil gunting dari tas kecilnya. Soo Kyung menggunting baju Yeon. Yeon hanya bisa menangis sambil berteriak minta tolong. Yeon tidak berani melawan Soo Kyung.
Sebelum baju Yeon rusak parah, Joo Won berteriak keras, ”Apa yang sedang kalian lakukan!” Soo Kyung terkejut sekali dan terlihat sangat ketakutan. Wajah Yeon pucat pasi, kelihatannya Yeon kedinginan. Terbukti dengan tubuhnya yang mulai menggigil. Joo Won mendekati mereka. Ia menatap Yeon yang tak berdaya. Tak diduga, Joo Won melepas jasnya dan memakaikannya di tubuh Yeon untuk melindunginya, kemudian membawa Yeon pergi jauh-jauh dari tempat itu.
Yeon membukakan pintu mobilnya untuk Yeon. Kemudian ia juga segera masuk ke dalam mobil. Tubuh Yeon masih menggigil. Joo Won menyalakan pemanas di mobil dan memegang tangan Yeon. ”Tanganmu dingin sekali,” ujarnya. Yeon melepaskan tangannya dari genggaman Joo Won. Yeon merasa salah tingkah, namun tidak begitu bagi Joo Won. Sudah hal biasa ia memanjakan wanita dengan sikapnya yang romantis.
”Bagaimana kau bisa ada di sana tadi?” tanya Yeon.
”Di kamar mandi wanita? Aku mengikutimu,” jawab Joo Won.
”Mengikutiku?”
”Ya. Hanya untuk memastika kamu baik-baik saja. Awalnya, aku ignin melihatmu dari jarak dekat. Namun, berhubung itu kamar mandi wanita, aku mengurungkan niatku untk masuk. Ketika aku mendengarmu berteriak, barulah aku masuk untuk melihat apa yang terjadi,” ucap Joo Won.
Tak lama, mobil Joo Won melaju kencang.
”Di mana kita?” tanya Yeon.
 ”Di rumahku,” jawab Joo Won singkat.
”Apa yang kau lakukan?! Tidak. Aku harus pulang. Tolong antarkan aku pulang! Jika tidak, aku akan naik bis sendiri,” kata Yeon.
”Aku tidak akan membiarkanmu pergi. Kau seorang wanita. Dan kau tahu, jam berapa sekarang? Sudah jam setengah 11! Sulit mencari bis larut malam seperti ini. Ayo ikut aku, jangan khawatir.”
”Bagaimana dengan orang tuamu? Mereka pasti akan marah ketika mengetahui kau membawa seorang wanita pulang bersamamu,” kata Yeon keras kepala.
”Orang tuaku sedang di Italia. Bekerja. Kau puas?” Kali ini Yeon tidak bisa mengelak. Semua pertanyaan dan alasan yang diajukannya dapat dijawab dengan baik oleh Joo Won. Joo Won memegang tangan Yeon dan menariknya masuk.
Yeon ternganga. Rumah Joo Won besar sekali. Tapi Joo Won tidak memberi waktu bagi Yeon untuk mengagumi rumahnya. Joo Won terus menarik Yeon dan membawanya ke lantai dua. Joo Won menariknya terus kemudian masukkan Yeon ke kamar mandi. ”Cepat ganti baju. Jika tidak kau akan masuk angin. Kau bisa memilih baju-baju yang ada di lemari itu. Kau boleh pilih sesuka hatimu,” kata Joo Won, menutup pintu kamar mandi dan pergi.
Yeon masih terpana. Kamar mandinya sangat luas! Mungkin 3 kali apartemennya. Tidak hanya sebagai kamar mandi, di situ juga terdapat taman, rak buku, dan beberapa barang lain. Kamar mandi yang sangat indah. Yeon membuka lemari pakaian yang terdapat di ruangan itu. Joo Won berhasil membuat Yeon terpana untuk ketiga kalinya. Lagi-lagi, Yeon sangat terpana. Baju yang terdapat di dalam lemari itu bagus-bagus sekali! Yeon tersenyum lebar. Ia mengambil dress simple berwarna putih. Desainnya cukup lumayan, bahannya sepertinya kain berkualitas tinggi. Memang masih banyak baju lain yang terlihat lebih mewah dan mencolok. Tapi Yeon lebih suka yang tidak terlalu mencolok tapi memiliki desain yang bagus pula. Di rumah itu, tak banyak penghuniya, atau memang rumahnya yang terlalu besar. Di sana sini hanya terlihat orang-orang yang menggunakan seragam sama. Yeon tidak peduli siapa itu. Ia hanya ingin bertemu dengan Joo Won yang kini sudah menghilang. Butuh waktu lebih dari semenit untuk mencari Joo Won. Rupanya Joo Won sedang berada di teras luar di lantai 2. Yeon mendekatinya. Joo Won dengan cepat menyadari kehadiran Yeon. Joo Won memandang Yeon dari atas kepala sampai ujung kaki.  ”Tidak kusangka, kau ternyata juga bisa cantik tanpa make-up,” kata Joo Won. Yeon tersipu. Yeon berdiri di sebelah kanan Joo Won. ”Pemandangan dari sini indah sekali,” kata Yeon. ”Kelap-kelip lampu banyak sekali. Seakan aku bisa melihat seluruh kota Seoul dari sini,” lanjutnya. Yeon tersenyum bahagia. Diam-diam, Joo Won mengamatinya.
”Oh ya, ini kopimu,” kata Joo Won menyodorkan 1 cup kopi hangat,” kata Joo Won. ”Andai aku bisa seperti ini setiap hari, aku pasti akan sangat bahagia. Astaga, apa yang aku pikirkan. Maafkan aku, lupakan saja,” kata Yeon. Yeon memukul-mukul kepalanya dengan kepalan tangannya. Joo Won memegang tangan Yeon agar yeon berhenti memukuli dirinya sendiri.
”Yeon,” pangg il Joo Won. ”Hmm?” Yeon bergumam. Pada detik berikutnya pandangan mereka bertemu selama beberapa detik. Dengan cepat, Yeon memalingkan kepalanya. ”Yeon,” panggil Joo Won lagi. ”Apa maumu?” tanya Yeon, tanpa menoleh ke arah Joo Won. Joo Won memeluknya. ”Lepaskan aku,” kata Yeon datar. Yeon merasa jantungnya berdetak 1000 kali lebih cepat dari pada biasanya. ”Yeon, aku bisa merasakan detak jantungmu yang berbeda,” kata Joo Won sambil tersenyum. Joo Won melepaskan pelukanny perlahan, kemudian berkata, ”Jadilah kekasihku.”
Dug... jantung Yeon serasa berhenti berhenti berdetak. ”Tidak akan,” jawab Yeon singkat. ”Kenapa?” Joo Won bertanya. ”Aku tidak menyukai laki-laki yang hobi mepermainkan wanita,” kata Yeon. Joo Won menghembuskan nafas panjang. ”Dulu aku memang begitu. Tapi percayalah padaku. Semenjak aku menyukaimu, aku tidak pernah berniat untuk menyakitimu. Aku hanya ingin melindungimu.”
”Kau terlalu lemah, Daniel. Kau tidak akan bisa melindungiku,” kata Yeon.
”Mungkin itu memang benar. Tapi aku tahu, kau juga menyukaiku,” kata Joo Won.
”Apa buktinya?”
”Detak jantungmu, ketika aku memelukmu tadi.”
”Itu karena aku sesak nafas.”
”Aku bisa membedakan, seperti apa detak jantung karena sesak nafas dan cinta.” kata Joo Won.
Yeon hanya menggumam. Ia tidak bisa berpikir sama sekali saat itu, untuk membalas perkataan Joo Won.
”Ketika aku menciummu dan kamu tidak menghindar, kita resmi pacaran,” kata Joo Won. Perlahan, Joo Won mendekatkan kepalanya ke arah Yeon, kemudian menciumnya.